Stop Poya - poya...... ayo jadi ahli manfaat......

Selasa, 19 Juli 2011

Zhahratul Shita (Bunga Musim Dingin)1

“Jika ada kategori orang terjahat dialah orangnya” geramku dalam hati. Masih teringat rasanya sekitar 7 bulan yang lalu ketika dia melamarku didepan para Kiai dan para ustad sewaktu dipesantren.

Kami hanya butuh 1 jam perkenalan sewaktu bertemu di syuro keg. Untuk Ramadhan dipesantren. setelah itu, kami sama – sama tidak bisa tidur karena perkenalan yang sebentar itu.

Aku hanyalah seorang yatim piatu yang ditinggal pergi kedua orang tua untuk mencari sesuap nasi di Negeri orang, yah… orang tuaku menjadi TKI ke Malaysia semenjak aku merusia 12 Tahun dan hingga saat ini sudah 10 Tahun tidak kembali. Lalu aku diasuh oleh saudara ibuku yang hingga saat ini (56 Tahun) belum menikah. Sebenarnya dia hamper menikah, tetapi selalu saja gagal. Selalu ditinggal lari oleh calon pengantinnya.

oleh Bibiku, aku dimasukkan kedalam pesantren.

“jaga dirimu baik – baik Yo nduk,, belajar agama itu lebih baik dari pada belajar ilmu dunia. Ilmu dunia itu No 2. Kita harus mengenal siapa Tuhan kita. Nanti kalau sudah pandai jangan lupa sebarkan pendidikanmu yo… Bule’ bukannya mau membuangmu tapi ini adalah hak mu memperoleh pendidikan agama dan kewajiban Bule’ memberikan yang terbaik. Semoga Gusti Allah selalu melindungimu” ucap Bule’ Sri sambil meneteskan Air mata.

Sejak saat itu aku tinggal dan besar di Pesantren ini kurang lebih 10 tahun. Nama ku sangat berpengaruh bagi kegiatan akhwat dipesantren ini, berkat dorongan dan dana dari pesanren ini aku berhasil dengan status baru ku seorang sarjana Sastra Bahasa Inggris. Karena statusku yang baik dimata masyarakat akhirnya pesantren ini mendapat perhatian dari Donatur dari Mesir. Awalnya aku diundang seminar di Negara Piramida itu, tapi ternyata karena aku banyak bercerita tentang pesantren ini kepada beberapa kawan baru akhirnya mereka tertarik untuk berkunjung.

Para pengajar di pesantren ini juga sangat menyayangiku sehingga aku sempat terlupa bahwa aku adalah seorang yatim piatu. Menginjak usiaku yang ke 23 tahun, ustazah Heni datang menemui ku bersama dengan ustazah yang lain. Mereka mengatakan hal yang serius.

“Zah, usiamu sudah matang. Ibu sangat ingin kamu menikah. Jika kamu menyukai seseorang dalam arti keimanan dan ketakwaannya beritahu ibu siapa orangnnya. Para Kiai yang akan melamarkannya untukmu. Tapi jika memang tidak ada, beritahu kami laki – laki seperti apa yang kamu inginkan. Tapi jika kamu menginginkan laki – laki yang sepadan denganmu maka tentu sulit bagi kami untuk mencarinya tapi jika kamu menginginkan laki – laki yang insya Allah beriman walaupun tidak kaya tentu akan mudah bagi kami untuk mencarinya” ustazah Heni membuka percakapan.

“Bu, zah faham usia Zah memang sudah seharusnya untuk menikah. Zah sampai lupa bahwa zah harus menikah, untuk urusan calon Zah serahkan semua kepada Ustad dan Ustazah semua. Karena selama ini beliau – beliau semua sudah menjadi orang tua untuk Zah.. tidak ada kategori yang berat untuk itu. Tapi zah masih punya 1 masalah yang Zah belum bisa ceritakan kepada ustazah semua. Mungkin beri Zah waktu untuk berdiskusi dengan Allah dan memikirkannya karena ini menyangkut masa depan zah dengan suami zah nanti, setelah itu ibu boleh mencarikan calon yang baik untuk zah” aku hampir menangis mengatakannya.

“baik lah Zah, ibu hanya bisa menuruti apa yang kamu inginkan,, besok ada pengajar baru di pesantren namanya Bilal al Jaffar. Lulusan dari Mesir tahun lalu. Mungkin dia bisa jadi salah satu calonmu??? Hahaha… ibu bercanda”

“ibu bisa saja, Zah malu bu… kita lihat besok bagaimana orangnya”

Bersambung……………..