"Bagaimana rasanya menjadi orang asing di dalam lingkungan sendiri? bagaimana rasanya menjadi orang yang berbeda?"
Namaku Aisyah Nur Asma .Usiaku baru menginjak 23 tahun. Keluargaku alhamdulillah masih lengkap, orang tuaku masih ada, aku punya 11 orang saudara dan aku anak ke 8. Masing - masing dari kami awalnya hidup begitu damai, tidak ada perselisihan. 7 orang saudaraku sudah menikah tinggal aku dan 4 adikku yang masih harus belajar. mengingat usia, tidak ada di keluargaku perempuan yang menikah diusia diatas 20. baik itu kakak ku ataupun sepupuku. Bukannya aku tidak laku atau tidak ada yang mau, aku saja yang terlalu memilih rasanya. Bukan cuma cinta yang diperlukan untuk berumah tangga, tapi akhlak dan tanggung jawab juga perlu.
bercerita tentang keluargaku bisa panjang jadinya. mengingat keluargaku keluarga besar. perpaduan antara Bugis dan jawa, tapi kami anak - anaknya begitu lekat dengan daerah kelahiran kami. Bulungan, yang sukunya ada 3 yakni Bulungon, tidung, dan dayak. kalau dayak kita tidak begitu dekat, karena keluargaku tdk begitu faham bahasanya. Bahasa kami itu lebih ke Melayu. yaaa,, bahasa sehari - hari kami sangat dekat dengan melayu. Karena memang Indonesia masih satu rumpun dengan malaysia. Apa lagi Kalimantan Utara itu dekat sekali dengan Malaysia. sampai sampai banyak teman yang mengatakan "Asma, aku suka caramu bicara. aku merasa asyik gitu. mendayu - dayu.. seru." Yaa.. begitu lah. Jadi biar tulisan ini bisa dipahami semua orang aku pakai bahasa yang baik saja.
Aku punya banyak keponakan, ada 17 orang dan hanya 1 laki - laki. rame kalau sudah ngumpul semua. rumah penuh betul. Aku bayangkan bagaimana nanti jika ditambah dengan anak - anakku. Pasti lebih ramai. Saat ini aku bekerja di sebuah Lembaga Pelatihan Komputer, Aku seorang instruktur komputer disana. karena aku seorang D3 komputer, apa salahnya menjadi instruktur. Saudara - saudaraku juga ada yang buka usaha, jadi tidak semuanya bekerja.
Itu adalah sedikit cerita soal keluarga, belum lagi problem yang terjadi didalamnya. Jika itu juga dibahas tentu akan menyita banyak waktu dan tentu saja belum saatnya. Yang pasti aku mencintai mereka, hingga segala sikap dan keputusanku hanya memikirkan bagaimana dengan mereka. Berkorban sedikit perasaan yaa tak masalah laa,, walaupun ada sedikit kekecewaan didalamnya tapi apa salahnya karena mereka tetap keluarga. Aku berusaha ingin merubah segala kebiasaan yang sudah mengakar, kebiasaan buruk yang masih dianggap lumrah bahkan wajar bagi mereka.
Dan ketika hijrah, keluargaku begitu kaget dengan perubahan yang terjadi. heran dan bahkan melarang itulah yang terjadi... seakan Allah ingin menguji seberapa erat aku memegang tali agamanya, seberapa kuat hijrahku. Sampai - sampai hanya untuk belajar Al-quran saja tidak diperbolehkan. melihat aku bersama - sama dengan teman - teman yang sudah lebih dahulu hijrah, itu merupakan pemandangan yang tidak diinginkan keluargaku. Dan jadilah aku asing dikeluargaku... ternyata untuk menjadi orang bener dan baik itu banyak tantangannya...Karena isi dari setiap kepala itu beda-beda, tergantung pemahamannya...
Dan ketika hijrah, keluargaku begitu kaget dengan perubahan yang terjadi. heran dan bahkan melarang itulah yang terjadi... seakan Allah ingin menguji seberapa erat aku memegang tali agamanya, seberapa kuat hijrahku. Sampai - sampai hanya untuk belajar Al-quran saja tidak diperbolehkan. melihat aku bersama - sama dengan teman - teman yang sudah lebih dahulu hijrah, itu merupakan pemandangan yang tidak diinginkan keluargaku. Dan jadilah aku asing dikeluargaku... ternyata untuk menjadi orang bener dan baik itu banyak tantangannya...Karena isi dari setiap kepala itu beda-beda, tergantung pemahamannya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar